Minggu, 25 April 2021

Tips Mental dan Naluri Penulis yang Baik ala Ibu Ditta

Resume Hari ke-8 Pelatihan Menulis Gelombang ke-18

Hari, tanggal             : Jumat, 23 April 2021

Waktu                        : Pukul 13.00 - 15.00 WIB

Tema                          : Mental dan Naluri Penulis

Moderator                  : Ibu Aam Nurhasanah

Narasumber               : Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.




Syukur alhamdulillah di sela-sela kesibukan di sekolah karena hari ini adalah hari kedua pelaksanaan Ujian Sekolah, saya masih bisa mengikuti kegiatan lain yang tak kalah pentingnya. Tentu saja apalagi kalau bukan mengikuti Pelatihan Menulis Gelombang ke-18. Kegiatan yang diprakarsai Komunitas Sejuta Guru  Ngeblog dan PGRI. Dalam kesempatan yang baik ini yang menjadi moderator adalah ibu Aam Nurhasanah, sedangkan yang menjadi narasumber yaitu ibu Ditta Widya Utami. Sosok wanita muda, hebat, dan menginspirasi. Bahkan karyanya sudah ada yang menembus penerbit mayor.

Kegiatan diawali dengan moderator yang menyapa para peserta pelatihan dengan ramah. Setelah itu moderator mempersilakan narasumber agar langsung memulai saja. Ibu Ditta ini ternyata alumni jebolan kelas menulis gelombang 7, tetapi prestasinya luar biasa. 

Berikut profil ibu Ditta yang layak Anda ketahui.

Profil


Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, penulis juga aktif di bidang literasi. 

Riwayat pendidikan :

SDN Cipeundeuy Subang (1996-2002)

SMPN 1 Cipeundeuy Subang (2002-2005)

SMAN 1 Purwakarta (2005-2008)

Pendidikan Kimia UPI (2008-2012)

PPG Daljab A3 UNM (2020)

Karya tunggal :

Precious (2017-2019), a novel 12 chapter - tersedia di Wattpad (klik di sini)

Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja (2019), a short story 10 chapter - tersedia di Wattpad (klik di sini)

Djogja Backpacker (2019), a short story 5 chapter - tersedia di Storial (klik di sini)

Buku "Lelaki di Ladang Tebu" (2020), kumpulan cerpen pendidikan (silahkan cek Instagram @dittawidyautami untuk melihat testimoninya)

Buku "Membongkar Rahasia Menulis" (2021), kumpulan tulisan selama mengikuti lomba blog PGRI bulan Februari

Buku "Sepenggal Kisah Corona : Memoar Perjalanan Hidup Selama Satu Tahun Pandemi" (proses cetak)

Buku karya bersama :

Jejak Langkah Guru Subang (2019) - kumpulan best practice, MGMP IPA Subang

Guru di Ladang Ilmu (2019) - kumpulan cerpen karya guru, Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB)

Sepenggal Kisah di Ruang Cipta Pentigraf (2020) - KPPJB

Dari Mata Air Hingga Muara (2020) - Literasi Subang Bihari dan Berwibawa (Lisangbihwa)

Pelangi Jiwa (2020) - kumpulan kisah inspiratif, KPPJB

Pena Digital Guru Milenial (2020) - kisah para guru blogger, PGRI

Menyongsong Era Baru Pendidikan (2020) - bersama Prof. Eko Indrajit

Pola Pembelajaran yang Efektif dari Rumah (2020) - Hasil Lomba Blog Hardiknas (PGRI) 

Sumbu Saihu Lisangbihwa (Jan 2021) - antologi puisi Saihu, Saihula, Saihudan bersama Lisangbihwa

Dendang Asa Dalam Untaian Kata (Jan 2021) - antologi pentigraf bersama KPPJB Regional Subang

Meniti Asa : Kumpulan Kisah Awal Menjadi Guru (Feb 2021) - KPPJB


Prestasi/Penghargaan yang pernah diraih :

Peraih Parasamya Susastra Nugraha (100 Guru Penulis Jawa Barat) - 2020

Peraih Parasamya Suratma Nugraha (Penggerak literasi) - 2020

Penghargaan dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kab. Subang sebagai donatur buku - 2020

Penghargaan Bupati Subang (2020) diusulkan Disdikbud Kab. Subang

Penghargaan Bupati Subang (2021) diusulkan Disarpus Kab. Subang


Komunitas yang diikuti :

MGMP IPA (Pengurus di Komisariat Kalijati, Subang)

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB)

Literasi Subang Bihari dan Berwibawa (Lisangbihwa)


Pengalaman :

Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Cipeundeuy, Subang pada Pemilu 2019

Narasumber Pelatihan Belajar Menulis melalui WA Grup (PGRI)

Narasumber Belajar Bicara (Webinar APKS PGRI) 

Mari berteman dengan penulis :

Email : dittawidyautami@gmail.com

Blog : Blogspot dan Kompasiana 

YouTube : ditta widya utami

Instagram/Twitter : @dittawidyautami

LinkedIn : Ditta Widya Utami


Kirimkan ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest


Materi pertama yang dibahas oleh ibu Ditta ialah mental dan naluri yang baik. Mari kita simak bersama-sama.

Mental Seorang Penulis

Ibu Ditta memaparkan ilmu pertama bahwa antara teknik menulis dan mental seorang penulis adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan.

Ibarat jiwa dan raga. Teknik menulis dan mental penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup".

Teknik menulis yang saya maksud mencakup kemampuan seseorang dalam menulis. Mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai 

jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis.

Mental apa saja yang harus dimiliki penulis, saya tuangkan dalam bentuk mind map dan video materi yang bisa disimak pada link berikut :

https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/01/menjadi-narasumber-di-wag-17-pelatihan.html?m=1

Mind map tersebut adalah appetizer (hidangan pembuka)

Kali ini beliau akan lebih menitikberatkan pada keseimbangan teknik dan mental penulis.

Berdasarkan analisis beliau, dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 Tipe Penulis, yaitu :

1. Dying writer

2. Dead man

3. Sick people

4. Alive



Tipe pertama adalah Dying Writer atau penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis.

Seolah hidup segan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis setengah hati (lemah mental) dan tidak berkarya membuat tulisan (yang bisa jadi karena lemah teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dsb)

Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis.

Ibaratnya menjadi penulis masih sekedar angan-angan tanpa aksi nyata.



Tipe kedua adalah Dead Man. Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop. Terbungkus lembaran diary. Atau notes yang ada di hp. Belum terpublish.

Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.


Tipe ketiga adalah Sick People. Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya.

Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya.

Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu panjang, dsb.

Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh.

Karena semakin banyak menulis, semakin banyak review, semakin banyak baca, sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam penulisan karya.


Tipe yang keempat tentu saja kategori terbaik, yaitu Alive, yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa.

Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya.

Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli ada pemula, menengah dan sangat ahli, tapi secara umum kita bisa mengenali mereka.

Misal saat menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan.

Ciri yang paling kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya tembus di jurnal nasional, di media massa, dsb.

Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis (meski puasa tetep nulis, walau sibuk menyempatkan nulis, dsb)

Apakah kita bisa menjadi alive? Menurut ibu Ditta pasti bisa!

Yang penting terus aktif menulis dan pupuk mental penulisnya.



Bapak dan Ibu yang mengisi kuesioner pasti mengetahui bahwa salah satu pertanyaan beliau adalah "Apa yang Anda takutkan ketika menulis/mempublish tulisan?"

Ternyata dari 30 jawaban yang masuk, sebagian besar bisa dikategorikan menjadi 2 macam ketakutan, yaitu :

1. Takut terkait teknik penulisan (misal takut tidak sesuai kaidah penulisan, tidak sesuai aturan penerbit, alur dan pesan tulisan yang masih belum tampak, serta ketakutan lain yang sejenis)

2. Ketakutan yang berhubungan dengan (penilaian) dari orang lain. Misalnya takut dicemooh, diejek, tidak dibaca, dsb.

Sedangkan 3 orang lainnya menyatakan tidak memiliki ketakutan.Nah inilah yang patut kita tiru.

Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain.contoh.

Jika mau jadi penulis hebat, kita harus mau meningkatkan teknik dan mental menulis kita.

Masuk ke bahasan kedua tentang Naluri Penulis, saya akan berangkat dari pengertian naluri menurut KBBI online.

na·lu·ri n 1 dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting; 2 Psi perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari yang dipakai untuk mempertahankan hidup, terdapat pada semua jenis makhluk hidup;

Penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui "tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah orang-orang melalui goresan tintanya.

Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.

Ada banjir yang melanda, dilihat di depan mata banyak orang mengungsi dsb, kemudian tergerak membuat tulisan.

Itu adalah contoh sosok yang memiliki naluri penulis.

Ada lagu syahdu yang bisa menjadi renungan, ia tuangkan dalam bentuk tulisan.

Ini pun contoh naluri penulis.

Kenali diri Anda dan lingkungan Anda, lalu buatlah tulisan. Maka karya karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.









Buku yang paling berkesan karya dari ibu Ditta yaitu kumpulan cerpen yang berisi kisah hidup beberap;a murid beliau yang sudah diubah dalam bentuk cerpen. Ini merupakan buku solo pertama.


Demikian materi menarik yang telah ibu Dittta. Tentu ini materi yang sangat penting untuk para penulis pemula. Kegiatan selanjutnya yaitu sesi tanya-jawab. Seribu satu pertanyaan mewarnai diskusi bersama wanita cantik nan pintar ini. Para peserta begitu antusias. Terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang masuk. Semuanya dijawab oleh narasumber dengan sangat memuaskan.

Akhirnya tibalah moderator dan narasumber mengakhiri kegiatan pelatihan kali ini. Terimakasih buat narasumber yang telah memberi bekal menulis kepada para penulis pemula. Juga moderator yang selalu setia mendampingi para peserta dengan sabar. Semoga Alloh SWT limpahkan pahala yang berlimpah bagi keduanya.


Salam Literasi


Soleh Setiyowati










































































4 komentar:

  1. Aamiin ... Aamiin Ya Rabbal 'alamiin. Terima kasih Bu Soleh yang meski sibuk tetap menyempatkan membuat resume ini.

    Paragrafnya sudah pendek pendek sehingga nyaman dibaca. Hanya sedikit koreksi saja di bagian ini,

    "Teknik menulis yang saya maksud mencakup kemampuan seseorang dalam menulis. Mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai

    jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis."

    Kata gantinya masih "saya" dan ada pemenggalan kalimat menjadi paragraf.

    Selebihnya sudah baik, insya Allah. Terima kasih ya Bu 😊🙏🏻

    BalasHapus
  2. Sama-sama bu Ditta. Terimakasih dh mampir di blog saya dan memberi komentar. Maaf..ngetiknya terburu-buru jadi ga sempat ngedit. Tks sarannya. Insya Alloh ke dpn berusaha lbh teliti lagi...

    BalasHapus
  3. mantap bu...semangat terus menulis nya...😊👍💪

    BalasHapus
  4. Ya bu. Insya Alloh semangat. Terimakasih..

    BalasHapus

Gapai Asa di Tengah Pandemi

  Assalamualaikum... Hai sobat Lage, izinkan saya mencoba bermain kata dengan kata "Buku, Buka, Baku" dalam bingkai puisi. Semoga ...